Kacamata dan kapan anak perlu pakai kacamata


Kacamata adalah lensa tipis untuk mata guna menormalkan dan mempertajam penglihatan (ada yang berangka dan ada yang tidak).
Mata adalah salah satu indera paling penting bagi manusia. Kelainan pada mata tentu saja sangat mengganggu aktivitas hidup sehari-hari.Sayangnya seringkali gangguan dini pada mata anak luput dari pengamatan orangtua.
Kapan perlu kacamata?
Dr. Tri Rahayu Sp M, dokter spesialis mata yang bekerja di Jakarta Eye Center, mengatakan orangtua perlu mencurigai adanya gangguan pada penglihatan anak jika tajam penglihatan anak mulai tidak maksimal.


Indikasi pertama biasanya berupa keluhan anak soal kesulitan melihat jauh ataiu adanya laporan dari guru tentang perilaku anak yang sering mendekat untuk melihat tulisan di papan tulis. Atau pada saat menonton televisi anak terlihat sering maju mendekat ke arah televisi. Sayangnya, banyak orangtua yang tidak segera bertindak mengeksplore lebih jauh dengan melakukan pemeriksaan mata. Tapi, malah memarahi anak untuk tidak nonton dekat-dekat, tutur dokter lulusan FKUI ini.
Bila gangguan ringan ini tidak segera ditangani, sebagai efek lanjutannya, banyak anak yang kemudian mengalami kemunduran dalam prestasi belajar.
Bisa merupakan kelainan turunan
Kelainan mata yang bisa menyebabkan anak membutuhkan kacamata ini umumnya disebabkan karena kelainan refraksi. Kelainan refraksi ini merupakan kelainan sistem optik dimana mata tidak bisa memfokuskan penglihatan (bayangan subjek penglihatan) tepat pada retina mata.
Normalnya, panjang sumbu bola mata harus sama persis dengan kekuatan refraksi. Namun bila kekuatan refraksinya normal tetapi sumbu bola matanya terlalu panjang, maka bayangan akan jatuh di depan retina. Kelainan seperti itu disebut myop dan untuk mengatasinya diperlukan kacamata minus agar mata kembali mampu memfokuskan bayangan subjek penglihatan agar jatuh tepat pada retina.
Salah satu faktor penyebab kelainan myop adalah faktor genetik (keturunan). Diketahui bahwa orangtua yang memiliki sumbu bola mata panjang, kemungkinan besar akan melahirkan anak-anak yang mempunyai sumbu bola mata yang lebih panjang pula dari anak-anak umumnya. Karena itu, orangtua yang berkacamata minus akan cenderung memiliki anak-anak bercamata minus pula.
Faktor pendukung kedua adalah soal etnis. Etnis Cina atau Tionghoa diketahui lebih rentan mengalami myop. Tak heran hampir 40-50% anak-anak di Singapura berkacamata. Bahkan, sampai untuk tingkat mahasiswa, 70% mahasiswa singapura berkacamata.
Faktor ketiga adalah pengalaman visual. Dalam hal ini adanya kejadian berulang yang menyebabkan bayangan tidak jatuh pada retina, misalnya kebiasaan melihat benda dalam jarak terlalu dekat. Melihat disini termasuk saat membaca, menonton televisi atau bekerja di depan komputer.
Pada anak-anak sebenarnya mata masih memiliki kemampuan akomodasi, dimana sekalipun ia tengah melihat dekat mata akan menyesuaikan diri untuk tetap dapat melihat secara fokus. Namun, bila hal ini dilakukan secara berulang dan terus-menerus tubuh sendiri akan memunculkan sinyal kimiawi yang akan memacu perubahan arah pertumbuhan struktur bola mata. Efeknya dinding bola mata anak menjadi lebih lemah dan akhirnya mudah memanjang. Bila ini terjadi, anak pun rentan mengalamai kelainan myop atau dengan bahasa awam menderita minus.
Mitos juice wortel
Bila mata anak sudah terlanjur mengalami minus banyak orangtua percaya bahwa persoalannya bisa diatasi dengan mengkonsumsi wortel dalam jumlah besar. Namun, dokter Tri membantahnya. Menurut istri dari Aryo Gajah Seno ini, hingga saat ini belum ada pengobatan yang dapat menghilangkan minus. Yang ada hanyalah upaya mempertahankan minus agar tidak berkembang cepat. Bahkan untuk kasus anak-anak, karena bola mata mereka masih tumbuh dan bertambah panjang sesuai dengan pertumbuhan badannya, maka seiring pertambahan panjang sumbu bola matanya, minusnya pun akan bertambah.
Karena itu untuk mencegah agar minus tidak bertambah perlu dilakukan koreksi kelainan dengan cara menggunakan kacamata yang tepat. Kedua, mata jangan dipakai terlalu banyak melihat dekat.
Bagi anak-anak, mereka perlu diupayakan mendapat ruangan yang luas saat bermain atau bahkan bermain di luar ruangan. Kecenderungan anak-anak bermain di dalam ruangan akan memicu kerja mata untuk sering melihat sangat dekat, misalnya saat main playstation atau game komputer. “Apalagi sekarasng ada game di handphone. Itu kan jaraknya dekat sekali. Pasti akan memperburuk keadaan,” tambah ibu dari dua orang anak ini.
Pada anak yang sudah lebih besar (>18 tahun) dapat dilakukan operasi untuk mengurangi atau menghilangkan minus. Namun tentu harus dengan berbagai pertimbangan khusus, misalnya minusnya terlalu besar. Bagi anak-anak, operasi hanya bisa dilakukan bila keadaannya sudah cukup berat. Misalnya, di usia 6 tahun tapi minusnya sudah lebih dari 20.
Sementara soal wortel, dia hanya berguna untuk memperbaiki sel-sel retina mata karena di dalam wortel memang terkandung karotenoid yang berfungsi pada metabolisme sel-sel syaraf mata, atau sel retina.
Karena itu, wortel memang tetap harus dikonsumsi dalam dosis yang cukup. Tetapi, tujuannya bukan untuk menghilangkan minus namun sekedar untuk memperbaiki sel-sel retina. Selain itu tetap juga diperlukan keseimbangan nutrisi demi mempertahankan struktur dinding bola mata agar tetap bagus.
“Jadi untuk mencegah bertambahnya minus kacamata, kita tidak cukup hanya minum jus wortel saja yang banyak, tapi semua komponen harus terpenuhi. Bahkan, sampai ke lemak pun harus ada, namun dengan takaran yang cukup.” kata dokter lulusan FKUI ini.
Jangan terlambat
Pertumbuhan sistem penglihatan anak memiliki beberapa fase kritis atau fase yang cepat dan fase yang lambat. Fase pertumbuhan yang pesat berlangsung pada usia anak 3 tahun ke bawah. Dari umur 3 tahun sampai umur 6 tahun masih ada perkembangan, namun sudah mulai melambat. Di atas 6 tahun, perkembangan system penglihatan sudah mulai mendatar saja.
Maka, jika terjadi gangguan penglihatan pada masa awal perkembangan dan tidak dikoreksi, akan timbul apa yang dikatakan sebagai lazy eye atau mata malas (ambliopia).
Bila lazy eye ini, diketahui di atas usia perkembangan misalnya pada usia 12 tahun atau 10 tahun, walaupun dikoreksi secara maksimal dengan kacamata, tetap saja penglihatan anak tidak akan semaksimal anak-anak seusianya. Namun bila sudah terdeteksi di usia 6 tahun dan dikoreksi, segala ketertinggalannya masih bisa terkejar.
Karena itu, mencermati keluhan-keluhan pada mata anak sejak dini adalah satu tindak pencegahan yang sangat baik agar anak tidak mengalami kelainan mata permanen yang akan mengganggu aktivitas hidupnya kelak.
NB: Just Repost from Here. Thank you for knowlege and permission to repost.




Jenis-jenis Lensa Kacamata:
Lensa Tunggal (Single Vision Lenses)
Lensa Tunggal hanya terdiri dari satu ukuran, baik untuk jarak jauh, menengah (komputer), atau dekat. Bahannya terdiri dari kaca, plastik, atau polikarbon.
Lensa Bifokal (Bifocal Lenses)
Lensa Bifokal terdiri dari 2 ukuran sehingga bisa memberikan pandangan yang baik untuk jarak jauh dan jarak dekat.
Lensa Bifokal menyediakan bagian lensa untuk membaca dengan berbagai bentuk dan lebar. Yang paling populer adalah Flat Top dengan lebar sekitar 28 mm.
Lensa Progresif (Progressive Lenses)
Lensa progresif memberikan perubahan yang tidak terlihat antara jarak jauh, menengah, dan jarak dekat. Jadi jika dengan bifokal anda hanya punya 2 ukuran untuk jarak jauh dan jarak dekat, dengan progresif semua ukuran termasuk jarak menengah sudah termasuk dengan perubahan ukuran yang bertahap. Ini selain memberikan pandangan lebih baik, juga orang tidak tahu kalau anda juga mengenakan lensa untuk membaca.
Lensa Transition (Transition Lenses)
Ini adalah lensa yang bisa berubah warna. Jika dalam ruangan, warnanya menjadi bening persis kacamata baca. Tapi jika di luar ruangan, apalagi dengan sinar matahari yang cerah, warnanya akan berubah jadi gelap seperti Sunglasses sehingga memberikan perlindungan mata anda dari sinar Ultra Violet. Pilihan warna bermacam-macam dari abu-abu, coklat, hijau, dan sebagainya.
Jenis-jenis Bingkai Kacamata:
Masyarakat pemakai kacamata di Indonesia, umumnya mengenali jenis - jenis bingkai (frame) kacamata berdasarkan 3 macam perbedaan konstruksi: bingkai penuh, bingkai setengah, dan tanpa bingkai (fullrim, halfrim/semi-rimless, rimless). Sedangkan para praktisi kacamata yang telah mendapatkan dan memahami pengetahuan khusus tentang kacamata (ophtalmic optic), akan membedakan jenis - jenis konstruksi bingkai kacamata tersebut ke beberapa klasifikasi yang lebih kompleks. Meskipun begitu, pemahaman masyarakat umum tentang jenis - jenis bingkai kacamata tersebut ternyata secara prinsip tidak jauh berbeda dengan yang dipelajari oleh ahli kacamata selama ini. Inilah pendekatan kedua sisi pemahaman tentang jenis-jenis bingkai kacamata tersebut..
1. Konstruksi Bingkai Penuh.
Bingkai kacamata ini memiliki konstruksi rim yang melingkari seluruh keliling lensa. Dapat berbahan metal maupun plastik, atau gabungan dari keduanya. Variasi bentuk yang termasuk dalam klasifikasi bingkai penuh ini adalah:
o Combination.
Bentuk variasi ini adalah bingkai berbahan metal yang diberi tambahan selubung plastik di bagian atas rim.
o Half Eye.
Variasi bingkai kacamata ini biasanya digunakan untuk kacamata baca bagi penderita presbyopia, terutama yang tidak membutuhkan koreksi untuk penglihatan jauh, atau bisa juga untuk yang kesulitan beradaptasi dengan lensa bifokal atau multifokal. Pemakaian jenis kacamata ini biasanya diposisikan sedikit melorot sehingga mata masih dapat melihat ke arah jauh tanpa melewati lensa kacamata.

2. Konstruksi Bingkai Setengah.
Bingkai kacamata ini konstruksi rimnya hanya melingkari sebagian keliling lensa, bisa hanya di bagian atas, samping, atau bawahnya saja. Beberapa variasi yang lazim ditemui adalah :
o Nylon Supra/String Mounted/Nylon Cord Frame.
Variasi jenis ini pemasangan lensanya dengan cara seperti digantung menggunakan tali nylon. Sisi bagian atas lensa ditahan oleh rim yang dilengkapi dengan nok pengunci, sedangkan tali nylon menahan sisi bagian bawah lensa.
o Semi-rimless Mounting.
Variasi kacamata bingkai setengah yang ini, lensanya dipasang dengan cara dibaut di dua titik. Titik - titik penyekrupan yang lazim adalah di area nasal dan temporal.

o Numon Mounting.
Ini hampir sama dengan Semi-rimless Mounting. Perbedaannya terletak pada pemasangan lensa yang hanya dibaut di satu titik (biasanya di bagian nasal).
o Ballgrip mounting.
Bingkai kacamata model ini, pemasangan lensanya tidak dengan cara dibaut atau dengan tali, tetapi hanya dijepit oleh rim atas yang dibentuk secara khusus. Model ini sekarang agak jarang ditemui.


3. Konstruksi Tanpa Bingkai.
Kacamata model rimless ini, sebagaimana disebut memang tidak memiliki rim untuk menahan lensanya. Variasi model dalam kategori ini adalah:
o Rimless Mounting.
Pada model ini, lensa hanya ditahan oleh dua atau tiga buah baut yang ditempatkan di bagiannasal dan temporal. Karena tidak memiliki rim yang menghubungkan bridge(jembatan tengah)dengan temple (bagian samping/tangkai), lensa juga bertindak sebagai penghubung antara bagian - bagian tersebut sehingga akan mendapat regangan yang lebih besar dari pada model-model yang lain.
o Phantom.
Unit bagian depan (jembatan tengah/bridge, bantalan hidung/nosepad, sambungan tangkai/endpiece, dan lensa - lensa) pada kacamata model ini, merupakan unit one pieceyang tidak dapat dipisah. Dibuat dari bahan polymer (plastik) dan kebanyakan dipakai untuk kacamata yang agak spesifik (misalnya kacamata keselamatan/safety glasses dan kacamata baca).

Jenis-jenis Tangkai Kacamata:

Bingkai kacamata, di samping bentuk dan konstruksi bagian depannya mempunyai jenis atau model yang bervariasi, bagian samping (temple) atau tangkainya juga memiliki beragam bentuk yang juga perlu diketahui untuk memperkaya pertimbangan dalam memilih bingkai kacamata. Jangan sampai unjuk kerja kacamata menjadi kurang optimal akibat pemilihan bentuk tangkai kacamata yang kurang sesuai dengan rencana pemakaiannya.
1. Skull Temple.
Ini jenis tangkai yang sangat umum dan banyak diaplikasikan pada berbagai model kacamata. Tangkai jenis ini bentuknya lurus dengan ujung yang dibuat melengkung di bagian belakang. Lengkungan ini bertugas membangkitkan friksi dengan bagian belakang telinga pemakai, sehingga kedudukan kacamata dapat stabil.
2. Library Temple.
Merupakan jenis tangkai yang kebanyakan dibuat untuk bingkai kacamata berbahan plastik. Bentuknya lurus, tanpa lengkungan di ujung belakang namun profil tangkai dibuat melebar di bagian tersebut sehingga masih dapat memberikan friksi untuk menjaga agar posisi kacamata tidak mudah merosot. Bentuk tangkai ini cocok dipakai oleh orang yang cenderung sering melepas kacamatanya.
3. Convertibel Temple.
Dibuat dari bahan metal. Bentuknya hampir seperti skull temple yang diluruskan ujung belakangnya. Bentuk tangkai seperti ini membuat kacamata menjadi mudah dipasang dan dilepas sehingga lebih cocok untuk diaplikasikan pada kacamata baca dan sunglasses.
4. Riding Bow Temple.
Juga terbuat dari bahan metal. Bertolak belakang dengan jenis convertible temple, jenis yang ini ujung belakangnya melengkung hampir setengah lingkaran. Bingkai kacamata dengan tangkai seperti ini lebih sering disarankan untuk pemakai kacamata dengan ukuran dioptri lensa yang tinggi, karena kacamata seperti ini membutuhkan kestabilan yang tinggi. Untuk anak - anak yang cenderung hiperaktif, kacamata dengan bentuk tangkai seperti ini juga merupakan pilihan yang tepat.
5. Comfort Cable Temple.
Mirip dengan riding bow, hanya bentuknya jauh lebih langsing mirip kawat. Digunakan untuk kacamata yang butuh kestabilan tinggi, tapi tetap ringan.

Untuk Jenis Lensa, Bingkai, dan Tangkai Kacamata di atas, telah diadopsi dari this website.