Memacu Andrenalin di Taman Wisata Bukit Naang



Promosi tempat wisata yang wajib dikunjungi apabila mampir ke kampung halaman saya.

Berikut informasi yang saya copast dari sebuah artkel yang diterbitkan oleh riaubisnis.com


Di balik pendapat yang menyatakan Riau ‘gersang’ akan hiburan alam, rupanya masih tersimpan sebuah wahana wisata yang sudah selayaknya patut dilestarikan dan dijadikan area promosi bagi wisatawan.
Objek Wisata Bukit Naang. Sebuah panggung wisataoutbond pertama di Kabupaten Kampar ini merupakan tempat rekreasi keluarga dengan kondisi alam yang masih sangat asri. Berlokasi sekitar 8 km dari pusat Ibu Kota Kabupaten Kampar, Bangkinang, timriaubisnis.com mencoba menjajaki area yang diklaim memiliki arena flying fox terpanjang di Sumatera tersebut.
Untuk menuju lokasi ini, wisatawan dianjurkan memiliki kendaraan transportasi sendiri. Jika tidak, puluhan pangkalan ojek dapat ditemui dengan mudah di jantung Kota Bangkinang. Dengan modal Rp 30.000, kita akan dibawa menyebrangi jembatan Sungai Kampar yang berada di sisi kanan kota.

“Tidak ada angkutan umum yang lewat jalan lintas Petapahan-Bangkinang ini. Yang ada hanya kendaraan pribadi dan truk pengangkut barang,” ujar salah seorang pedagang makanan di lokasi wisata tersebut.


Dalam perjalanan menuju Negeri Bangkinang Seberang (tempat objek wisata berada, red), sisi kanan dan kiri jalan dipenuhi berbagai tanaman khas hutan tropis. Kicauan burung yang disertai hawa dingin seolah tak mencirikan Riau yang tenar akan panasnya.


Sesampai di lokasi, siapkan dana Rp 5.000 per orang jika ingin tahu lebih dalam akan keeksotisan tempat ini. Diawali dengan turunan jalan yang cukup curam, para wisatawan bakal langsung dihadapkan dengan arena waterboom yang disertai kolam pancing di sisi kirinya.

Cukup membingungkan jika baru pertama kali menuju tempat ini. Karena di sudut-sudut jalan tidak terlihat adanya rambu maupun petunjuk menuju arena permainan. “Kita pertama kali buka tahun 2008. Infrastruktur tempat ini masih banyak yang belum lengkap. Saat ini baru tersedia arena permainan dan beberapa fasilitas kecil saja,” ujar Djuharman Arifin, pengelola Objek Wisata Bukit Naang tersebut.
Menurutnya, perhatian pemerintah akan kebutuhan tempat wisata di daerahnya masih teramat minim sehingga progres pengembangan pun berjalan lambat. Saat ini wahana wisata unggulan Bukit Naang adalah arena outbond dan paintball.
Sebagai wahana hiburan utama, arena outbond telah dikemas semenarik mungkin oleh pihak pengelola. Terlihat secara jelas saat memasuki arena ini puluhan tali melintang bebas dari satu pohon ke pohon lainnya dengan panjang mencapai 500 meter.
“Konsep ini pula yang menjadikan arena flying fox Bukit Naang menjadi yang terpanjang di Sumatera,” tambahnya.
Di beberapa poin pemanjatan juga terlihat beberapa ayunan yang dinamai monkey tracktarzan jump, dandead railway. Bagi yang tertarik menaklukkan arena ini, tidak cukup hanya mengandalkan kekuatan tangan dan kaki tetapi nyali juga sangat berperan penting.
Untuk mengikuti aksi uji nyali tersebut, para pengunjung hanya perlu merogoh kocek Rp 50.000 selama kurun waktu 1,5 jam. "Dalam durasi waktu ini, para peserta bakal ditantang menaklukan 17 jenis rintangan yang telah dibuat," terang Djuharman.


Kami sekeluarga berenam orang (saya, abang saya, adik saya, dan ponakan2 saya) meluncur ke lokasi pada hari sabtu, tepatnya masih berada pada suasana lebaran yaitu H+4.  Kami datang dengan 2 motor dan sampai di lokasi kira2 dalam waktu 30 menit. Sampai disana, kami lansung diarahkan oleh seorang petugas yang sedang siap siaga berdiri di tengah jalan depan gerbang taman wisata bukit naang untuk memasuki pintu masuk menuju lahan parkir yang telah disiapkan bagi pengguna sepeda motor, karena  pintu masuk bagi pengguna mobil beda lagi. Memasuki pintu masuk, lansung dijumpai beberapa orang petugas lagi yang bertugas menjual karcis/tiket masuk seharga Rp25.000/orang. Jadilah kami membayar Rp150.000/60rang. Padahal kalau hari biasa harga tiketnya cuma Rp20.000/orang, berhubung masih lebaran tampaknya harga tiket masuknya dinaikkan sebesar Rp5000/orang. Walaupun begitu, tetap saja pengunjungnya membludak.
Wahana yang pertama kali kami coba adalah wahana air. Karena kolam renang dewasanya dalam banget kira2 1.8 meter saya jadi gak berani berenang disana. Jadinya saya ikut dengan ponakan2 saya main air di area anak kecil. Di wahana air ini juga disediakan mainan berupa perosotan dan ember tumpah yang kira2 setiap 15 akan menumpahkan air ke para pengunjung yang telah berdiri dibawahnya. Saya senang sekali main perosotannya, walaupun rata2 yang main anak kecil hha. Perosotannya ada 2, yang lurus aja sama yang melingkar-lingkar (yang banyak peminatnya). saya cuma mencoba yang melingkar saja, karena perosotan yang lurus itu walaupun lebih pendek tapi tampaknya terlalu terjal.
Selesai main air, kamipun ke wahana outbond. Niatnya cuma untuk melihat-lihat orang yang lagi main aja. Tapi, saya yang dari semenjak di rumah niat kesananya cuma buat nyobain outbondnya akhirnya tergoda juga buat nyobain wahana itu. Karena hari sudah sore, jadi cuma saya yang nyobain permainan ini. Cukup dengan membayar Rp50.000 saya pun bisa lansung menikmatinya. Ini pertama kalinya saya mencoba wahana outbond. Jadi, saya di latih sebentar dulu oleh seorang tentara yang kemungkinan bertugas sebagai trainer disana. Setelah kira2 5 menit dilatih dan diterangkan alat2, aturan mainnya oleh si trainer saya pun mulai beraksi mencoba 22 rintangan (kata petugasnya, tapi kayanya gak nyampe segitu deh). Jadi, rintangannya itu sambung menyambung satu sama yg lainnya. Gimana ya kalau ada yang gak sanggup nyelesaiin semua rintagan itu sampai finish? hmm, tenang aja, karena ada banyak petugas yang slalu siap siaga untuk membantu anda apabila anda mengalami kesulitan, tapi selama saya bermain, kayanya semua pengunjung berhasil menyelesaikan rintangan2 yang telah disediakan itu. Walaupun banyak yang berteriak ketakutan gara-gara rintangannya tinggi-tinggi banget dan lumayan sulit bagi orang yang takut ketinggian. Bayangin aja kita jalan di atas seutas kawat sebesar jempol tangan doang diatas ketinggian 2o meter, atau berjalan di atas petakan2 kayu yang dihubungkan dengan seutas tali doang yang panjangnya 15 meter atas ketinggian 25 meter? huh, benar-benar cukup untuk membuat keringat mengucur deras. Yang paling saya senangin adalah ketika saya berhasil mencapai flying fox tertinggi, ketika mencobanya rasanya seperti terbang. :P